Namun lelaki yang menyebut diri satria piningit bernama Soenuso Goroyo Soekarno mengaku dapat mengangkat peninggalan Presiden Pertama RI itu. Bentuknya berupa ratusan keping emas lantakan, platinum, sertifikat deposito obligasi garansi, dan lain-lain. ”Ini baru sampel dan silakan mengecek kebenarannya. Jika bohong, saya siap digantung,” katanya, Jumat kemarin, kepada pers.
Mantan anggota TNI yang dahulu bernama Suwito itu sengaja mengundang wartawan di rumahnya, Perumahan Cileungsi Hijau, daerah perbatasan Bogor-Bekasi, untuk menyaksikan temuannya. Di rumahnya yang cukup megah disiapkan hidangan layaknya orang hajatan. Maklum, Goroyo, begitu dia biasa disapa, juga mengundang Pangdam Jaya, Kapolda, dan anggota Muspida. Tetapi dari mereka, tak ada pejabat datang.
Kepada tamunya, suami RA Lastika ini memperlihatkan peti besar berisi ratusan keping emas lantakan, masing-masing beratnya 8 ons bergambar Soekarno dan di baliknya ada gambar padi dan kapas. Pada satu sisinya ada tulisan 80 24K 9999. Sementara itu emas putih (platinum) juga berbentuk lantakan berlogo tapal kuda putih bertulisan JM Mathey London. Logam itu dibungkus emas dan bersertifikat emas pula.
Meskipun bersertifikat dan diyakini keasliannya, pada kesempatan itu tidak dihadirkan orang yang mengetahui emas atau pakar yang bisa memastikan asli atau tidak harta benda tersebut.
Memberi Kuasa
Peninggalan lain berupa sertifikat deposito bertanggal 16 Agustus 1945 yang dikeluarkan oleh BPUPKI yang menyebut sejumlah harta yang disimpan di suatu tempat. Ada pula sertifikat berbahasa Inggris yang juga disegel dan ditulis di atas lembar kuningan. Sertifikat itu ada yang bertuliskan ”Hibah Substitusi” yang dipercayakan kepada R Edi Tirwata Dinata (108).
Yang terakhir ini, konon karena sudah tua, lantas memberikan kuasa kepada R Anton Hartono untuk mengurus harta benda yang disimpan di Swiss. Bentuknya mikrofilm, dua lembar dokumen, anak kunci boks deposit di JBS, Jenewa, dan dua buah koin. Di dalam sertifikat itu disebutkan, ada dana berjumlah 126,2 miliar dolar AS dan 63,10 miliar dolar AS.
”Insya Allah, jika saya diberi izin, semua harta peninggalan Bung Karno ini bisa membayar utang kita. Saya yakin bisa melaksanakannya,” ungkap Goroyo sembari membantah dirinya paranormal. Dia juga membantah berambisi menjadi presiden atau jabatan politis lain. ”Semua saya lakukan dan beberkan untuk membangun negara kita,” tegasnya.
Saat mendekati rumahnya, di pintu gerbang perumahan dan di depan rumahnya terpampang spanduk putih bertulisan merah, ”Satrio Piningit Soenuso Goroyo Soekarno sang Juru Selamat Telah Hadir di Bumi Indonesia.”
Namun wartawan yang datang sejak pukul 11.00, baru diterima seusai shalat jumat. Goroyo mengenakan stelan jas putih, sepatu putih, mirip yang dikenakan Presiden Soekarno.
Di ruang tamunya juga dipajang foto dirinya bersama seorang jenderal. Ada pula yang memperlihatkan saat dirinya menjadi anggota Batalyon Arhanud SE 10/Kodam Jaya. Namun, dia enggan membeberkan latar belakang jati dirinya. ”Saya ini orang susah. Jadi tentara pangkatnya juga di sini (memegang lengannya). Jika saya pakai pakaian seperti ini, hanya model. Kebetulan saya suka,” tuturnya.
Proses Pencarian
Goroyo mengemukakan, dia hanya ingin ada saksi dari aparat soal harta temuannya itu. Selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden Megawati dan diharapkan bisa melunasi utang luar negeri pemerintah. ”Saya tidak ingin imbalan apa pun termasuk jabatan. Saya hanya butuh pengakuan dan surat kuasa untuk meneruskan pencarian harta ini. Namun tampaknya Kapolda dan Kapolri berhalangan.”
Dia menceritakan proses pencarian harta tersebut. Diawali dari kebiasaannya
bertirakat di berbagai tempat, lantas mendapatkan petunjuk. Petunjuk awal adalah sebuah tongkat wasiat yang diyakini tongkat komando milik Presiden Soekarno yang kemudian disimpannya hingga kini.
Selanjutnya, dengan tirakat pula, secara gaib harta benda itu bisa diangkat dari beberapa daerah di Bali, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan. ”Meskipun benda ini kini nyata, tapi awalnya adalah harta gaib. Jadi, mengambilnya juga dengan cara gaib. Saya tidak boleh memilikinya. Saya diperintahkan menyerahkan kepada negara untuk menyelamatkan bangsa,” paparnya.
Ketika disinggung, kenapa justru membeberkan kepada wartawan, bukan langsung menyerahkan kepada pemerintah, Goroyo menyatakan dirinya sudah capai berhubungan dengan pejabat. Awalnya dia melapor kepada Presiden Megawati, tapi tidak digubris. Kemudian kepada mantan atasannya, Kol Art Harus Putri Osa, Dan Men Arhanud I Kodam Jaya, ke Mabes TNI, bahkan juga dilaporkan kepada anggota DPR Permadi SH.
Namun semua seperti tidak menghiraukannya. ”Karena itu, saya mengundang rekan-rekan wartawan untuk menyaksikan langsung,” ujar Goroyo sembari menegaskan, sebagai satria piningit dirinya mengemban tugas menyelamatkan bangsa. Sebutan satria itu dia jelaskan, tidak ada kaitannya dengan ramalan yang pernah diucapkan Permadi bahwa negeri ini akan dipimpin satria piningit.
Harta Karun Soekarno , Akhirnya Ditemukan JugaGW sengaja menulis judul sedikir merangsang adrenalin kita sebagai manusia dengan kata pembuka "Harta Karun". Padahal maksudnya sih kiasan saja sebagai suatu ungkapan metaforik analitik setelah menyusuri sejarah Bangsa Indonesia. Judul aslinya adalah "Bangsa Indonesia dan Harta Karun Soekarno". Membaca tulisan ini, Anda boleh percaya dan boleh juga tidak. Tidak ada paksaan dalam membaca. Tapi mulailah berpikir dan merenungkannya.
Beberapa waktu yang lalu kita sempat dihebohkan dengan berita mengejutkan tentang Harta Karun Warisan Presiden Soekarno yang disebut-sebut berupa emas, perak yang sangat berharga dan khabarnya dapat membayar seluruh hutang Bangsa
Kemunculan kisah harta karun Soekarno yang sempat menghebohkan itu memang membuat banyak orang yang kecondongannya tamak menjadi ngiler. Darimana sumber asal kisah itu pun masih simpang siur, tak ketahuan rimbanya. Mungkin salah satu makhluk halus penghuni pulau Jawa yang membisikkan salah satu budaknya untuk membisik-bisikkan tentang pusaka warisan bangsa
Saya justru tertarik mengungkapkan Harta Peninggalan Soekarno itu bukan dari perspektif perhartakarunan dengan gambaran emas, perak atau intan permata. Tapi dari perspektif kesejarahan Bangsa Indonesia yang jejaknya telah ditemukan oleh Sokarno di kawasan Bogor yang tidak lain adalah prasasti Batu Tulis sebagai peninggalan masa lalu yang menyimpan sejarah bangsa Indonesia dan erat kaitannya dengan transmisi pengetahuan yang saat ini sudah sangat dikenal.
Gagasan saya mengaitkan harta karun Soekarno dengan peninggalan sejarah di Batu Tulis saya ilhami dari karakter Soekarno itu sendiri yang memadukan intelektualitas dan kemampuan citarasanya yang tinggi tentang berbagai seni dan budaya di tanah air. Benar, saya kemudian harus berasumsi bahwa ungkapan Harta Karun Bangsa
Soekarno selain seorang yang teknis, paham ilmu rekayasa, ia pun dikenal sebagai ahli kesenian. Bukan sekedar seni tari atau lukis, namun ia adalah sastrawan yang paham benar ungkapan-ungkapan al-Qur’an, Injil, Kitab Siwa-Budha maupun agama Hindu, dan kenal benar karya sastra lokal (termasuk cerita daerah) maupun dunia. Sehingga
Maksud terselubung itu berkaitan dengan kemampuan manusia idaman
Pengungkapan demikian mempunyai tujuan. Tujuan utamanya adalah melindungi Pusaka itu dari tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab. Bagi yang mempunyai kecondongan tamak dan serakah, pastilah akan mengira kalau ungkapan terselubung itu berkaitan dengan emas, perak dan intan berlian. Jadi, meskipun Soekarno tak pernah menyatakan Harta Pusaka itu sebagai emas dan perak maupun berlian, perkiraan seperti itu muncul belakangan dari orang-orang yang sempat mendengar atau menguping ungkapan Soekarno dan menafsirkannya dengan ketamakan dan keserakahan akan kemaruknya harta dunia. Dan umumnya manusia mengira demikian karena selubung metaforis Soekarno memang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang paham benar dengan karakteristik Soekarno sebagai intelektual lahir dan batin yang membaca banyak buku teknis, sastra, filsafat dan kenal karakteristik dasar seluruh ajaran agama yang ada di Indonesia. Mereka yang tamak dan serakahpun terkecoh dan babak belur dengan korban pertama seorang menteri yang mengaku dapat bisikan paranormal.
Kalau kita lebih jernih menelusuri sejarah hidup Soekarno, sebenarnya menjadi jelas kalau ungkapan Harta Pusaka Soekarno berkaitan dengan JEJAK SEJARAH MANUSIA
Pulau Jawa dalam cacatan sejarah telah dikenal oleh Cina melalui tulisan pendeta Budha Fa Hsien yang terdampar di “Ya-wa-di” dan tinggal di situ selama 5 bulan setelah berlayar selama 90 hari dari Srilangka menuju Kanton pada tahun 414 M. Menurut catatan Fa-Hsien, belum ada pemeluk agama Budha yang ada adalah pendeta Brahmana, jadi saat itu agama Hindu telah ada di Kawasan Jawa atau Javadvipa.
Kontak resmi Cina dengan Ja-wa secara resmi dimulai di zaman Dinasti Sung (420-479 M) yang pada tahun 435 M menerima utusan Ja-wa-da atau Jawa Dwipa yang diperintah oleh Sri Pa-da-do-a-la-mo. Yang membawa sepucuk
Jawa Barat merupakan pusat keramaian yang tertua yang tercatat oleh sejarah di
Di Internet topik “Areuteun” atau “Ciareuteun” ditemukan di suatu situs yang nyaris menjadi situs purba sesuai namanya karena nampaknya aktivitas anggotanya sangat rendah, situs itu adalah situs www.arkeologi.net yang rupanya dikelola oleh mahasiswa arkeologi UI. Diskusi tentang Ciareuteun ditemukan sebagai suatu topik yang cukup hangat dibawah sub-judul “Hindu-Budha Archeology” meskipun nampaknya diskusi itu tidak berlanjut. Kutipannya secara ringkas tentang Areuteun antara lain menjelaskan beberapa prasasti yang ditemukan di Kawasan Jabodetabek.
Dalam suatu topik posting yang dipicu oleh nickname “Manchu Pichu” disebutkan bahwa di daerah Ciampea ada beberapa prasasti. Lahan tempat prasasti-prasasti ini ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.
Transkrip diskusi yang dapat ditemui di situs http://www.arkeologi.net saya lampirkan (berhubung forum di situs tsb mendadak ditutup,jadi saya copy pastekan saja transripnya):
(posting manchu pichu,
mohon bantuan rekan2..
apakah ada yang tahu dimana letaknya prasasti jambu, yaitu prasasti tapak kaki purnawarman...bukan yg di ciaruten..katanya didaerah leuwiliang di bukit koleangkak. tapi orang di daerah leuwiliang tidak ada yg tahu. thx b4
(posting ivsamujev
Adapun Prasasti yang di temukan di Sungai Ciareuteun adalah TAPAK KAKI MANUSIA (PURNAWARMAN ) DENGAN DUA JENIS TULISAN, YAITU SANSEKERTA DAN 'IKAL' SERTA BEBERAPA GAMBAR SEPERTI LABA-LABA. Kedua prasasti ini letaknya tidak berjauhan dengan jarak lebih kurang 300 m (mohon dikoreksi). Jadi yang dimaksud prasasti Jambu adalah prasasti Tapak Kaki Gajah. Disebut Prasasti Jambu, karene letaknya yang berada di Desa Jambu.
Kemudian, di muara sungai (pertemuan dua sungai) Cianteun (mohon dikoreksi) juga ada Prasasti dengan HURUF IKAL. Letaknya masih berada di Sungai (sebagian batu tempat prasasti dipahatkan terendam air sungai), sedangkan prasasti Ciereuteun sudah dipindahkan lebih kurang 70 m ke dataran yang lebih tinggi (sekarang berada di dalam cungkup). Jarak kedua prasati ini lebih kurang 500 m (mohon dikoreksi).
Semoga ini bisa membantu (juga koreksi untuk posting ismanujev sebelumnya)
Didaerah Ciampea ada beberapa prasasti. Lahan tempat prasasti-prasasti ini ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.
Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.
Prasasti-prasati itu antara lain:
Prasasti Pasir Muara
Prasasti ini ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda
Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi (catatan penulis: nabi Muhammad lahir tahun 571 M).
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Sungai Ciaruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Sungai Cisadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam
Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.
Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.
Prasasti Telapak Gajah
Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguasa
Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan) *asy Syams-al-Qamar). Keterangan pustaka dari
Prasasti lain
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.
Terjemahannya menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
Salah satu misteri yang belum diungkapkan dari temuan prasasti Ciareuteun di Jawa Barat yang menarik perhatian saya adalah tulisan atau simbol yang disebut huruf ikal. Saya kemudian melakukan posting yang berkaitan dengan tulisan Ikal dan prasasti Ciareuteun dari Jabar sehubungan dengan simbol-simbol Indra, Petir, Gajah, Teratai, Laba-laba dan Lebah yang tertera pada prasasti yg di temukan di Jabar.
(Posting atmoon
Saya secara teknis akademis bukan arkeolog
Sebenarnya saya mempunyai suatu spekulasi yang muncul dari kemungkinan historis adanya transmisi pengetahuan dari wilayah India, Jawa, ke Mediterania, dan akhirnya berujung kembali di wilayah asalnya yaitu Aleksandria tempat dimana Perpustakaan Terlengkap di Dunia pernah Berdiri dan 9 pemikir Agung menekuni sains. Khususnya berkaitan dengan simbol-simbol agama Siwa Budha dan Islam yaitu simbol Asy Syams (Matahari), Petir (Ar Rad), al-Qamar (Bulan), Lebah (an-Nahl), laba-laba dan Gajah sebagai tunggangan Dewa Indra (Raa, atau Matahari), Bunga Sidrath atau Lotus Tree dengan simbol-simbol dari Mesir.
(tambahan saya: Jadi, gajah tunggangan Dewa Indra sejatinya simbolisme Ganesha atau Gajah sebagai lambang ilmu pengetahuan dimana dua gading gajah menunjukkan makna ilmu pengetahuan bagai gading yang mudah retak dan siapapunyang tak mampu menjaganya akan dililit oleh belalai Si Gajah sebagai suatu ungkapan simbolik metaforik bahwa ilmu pengetahuan adalah netral, baik dan buruknya tergantung pada manusia yang mengimplementasikannya)
Transkrip tulisan ikal itu mungkin bukan tulisan tetapi simbologi Indra Maya sebagai realitas The matrix yang menjadi asal usul penulisan seluruh sistem huruf-huruf yang ada di dunia khususnya sistem dengan 5, 20 (jawa), 22 (
Konsep dasar Indra Maya adalah teori Bilangan Euclids yaitu bilangan sempurna 6=1+2+3 dengan pemodelan 9696 :
· 9 adalah simbol realitas yang tercitra di akal pikiran,
· 6 adalah bayangan realitas di retina mata manusia,
· 9 adalah tampilan fenomena realitas benda-benda di bawah naungan sinar matahari,
· 6 adalah simbol kelahiran Sang Waktu alias Matahari itu Sendiri sebagai Indra.
Prasasti yang mencetak simbol tersebut menyembunyikan arti bahwa cikal bakal kerajaan Kuno di Tanah Sunda adalah seorang raja yang menguasai ilmu pengetahuan dengan transmisi yang berasal dari Yunani Kuno, Mesir,
Sampai sejauh ini saya masih berspekulasi atas kemungkinan diatas karena kurangnya literatur yang kompeten atau tidak tahu sama sekali karena bidang saya bukan arkeologi. Untuk itu saya membuat tulisan yang lebih banyak saya warnai dengan gaya berkisah karena kurangnya dasar-dasar ilmiah yang dapat dipercaya kecuali penggunaan sejarah dan hubungannya dengan model fisika kuno yaitu Teori Bilangan Euclids untuk menjelaskan fenomena penampilan Kekuasaan Tuhan di muka Bumi yang sebenarnya ungkapan dan simbolnya ada di Al Qur'an dan mungkin kitab Siwa Buda (saya bukan beragama Budha tetapi Islam, jadi tidak tahu persis apa isi kitab penganut Siwa Budha).
Beberapa sejarah Kuno seperti di Cirebon menyebutkan bahwa raja pertama Tarumanegara adalah Adimulya, sebenarnya namanya adalah Adam Awlia sebagai simbolisme manusia yang menciptakan sistem huruf dan hitungan yang tidak lain adalah Nabi Adam a.s. Ajarannya muncul dari transmisi ajaran Ofirisme Phytagorean dimana yang menjadi landasan adalah hukum-hukum fisika yang berkaitan dengan pemantulan atau difraksi cahaya diatas cermin yang dikemudian hari digunakan sebagai model eksperimen Isaac Newton.
Bentuk huruf atau simbol Ikal, saat ini masih saya bayangkan berbentuk seperti tulisan 6 atau 9 yang saling bergulung atau 69 dengan lingkaran O yang makin membesar dari suatu titik pusat. Bentuknya memang akhirnya mirip OBAT NYAMUK yang kita kenal sekarang. Dan sejatinya memang yang kita sebut angka 6 atau 9 itu sejatinya bukan bilangan, namun simbolisme pertama kali ketika manusia Adam menyadari bentuk tampilnya Kekuasaan Tuhan yang tidak lain Simbol Siwa-Buda yaitu seperti bilangan 3. Dalam legenda
Lantas bilangan pun kemudian disesuaikan dengan citra penampilan dan perasaan yang muncul 1+2+3=6, 2+3+4=9, lahirlah sistem bilangan dengan rujukan akhir 1+2+3+4=10, 10 jari tangan kita. Bilangan 6 disebut bilangan sempurna, sedangkan bilangan 3 disebut bilangan yang menjadi Pembagi Agung alias 3 Ism Agung.
Bilangan-bilangan lainnya muncul dengan mengalikan secara berturutan sebanyak 3 kali, 2x2x2=8, 3x3x3=27, 4x4x4=64=8x8 yang ternyata menthok ketika disandingkan dengan geometri dan disebut anomali runtuhnya papan catur Brahmana India. Bilangan kita ternyata hanya akurat sampai hitungan ke 7 kuadrat yaitu 7x7=49 alias Muthaa alias 7 langit bumi. Yang meruntuhkan adalah Si Bintang penembus yang disebut Ahmad nama kecil Nabi Muhammad SAW yang tidak lain adalah ADHI BUDHA atau Budha Yatim Piatu dengan cara memotong papan catur menjadi 4 bagian sehingga didapati bahwa 8x8=64 ternyata bisa menjadi 13x5=65, darimana angka 1 ini muncul? (silahkan cari jawabannya, hint nya buatlah kotak 8x8=64 yaitu kotak papan catur. Buat 3 garis dengan koordinat 0,5 dan 5,3 ; 5,8 dan 5,0 ; lalu garis ketiga 3,0 dan 8,8 dengan catatan sumbu matrisk 8x8 nya dimulai dengan angka 0; kemudian potonglah dengan mengikuti garis tersebut dan susun ulang dengan posisi membuat segi empat 13x5=65 kotak, jadi begitulah kenapa memori komputer hanya berupa kelipatan 64).
Mudah-mudahan postingan saya ini tidak membuat para ahli arkeologi puyeng karena secara tidak langsung saya mengaitkan temuan budaya dengan agama yang ada di
Sampai hari ini, posting saya tersebut belum ada yang menjawab. Mungkin pada bingung atau memang anggota forum diskusi situs www.arkeologi.net sudah pada males melakukan posting-posting baru yang lebih menggigit. Beberapa posting lainnya saya tambahkan di beberapa topik terutama informasi tentang sesar vulkanik purba di Indonesia yaitu letusan Gunung Toba yang skarang menjadi Danau Toba (lihat juga di Wikipedia dan disini) yang membawa Planet Bumi ke zaman Es 75 ribu tahun yang lalu, tepat semalam sebelum pagi harinya saya mendengar kabar gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya yang menelan korban 6000 lebih orang (27-5-2006).
HARTA karun peninggalan mantan presiden Soekarno selama ini masih misteri, bahkan tak sedikit yang meragukannya. Kasus kegagalan pencarian harta peniggalan Prabu Siliwangi di Istana Batutulis beberapa waktu lalu, sepertinya memupus harapan orang untuk memercayai hal-hal yang sulit dibuktikan kebenarannya.
Namun lelaki yang menyebut diri satria piningit bernama Soenuso Goroyo Soekarno mengaku dapat mengangkat peninggalan Presiden Pertama RI itu. Bentuknya berupa ratusan keping emas lantakan, platinum, sertifikat deposito obligasi garansi, dan lain-lain. ''Ini baru sampel dan silakan mengecek kebenarannya. Jika bohong, saya siap digantung,'' katanya, Jumat kemarin, kepada pers.
Mantan anggota TNI yang dahulu bernama Suwito itu sengaja mengundang wartawan di rumahnya, Perumahan Cileungsi Hijau, daerah perbatasan Bogor-Bekasi, untuk menyaksikan temuannya. Di rumahnya yang cukup megah disiapkan hidangan layaknya orang hajatan. Maklum, Goroyo, begitu dia biasa disapa, juga mengundang Pangdam Jaya, Kapolda, dan anggota Muspida. Tetapi dari mereka, tak ada pejabat datang.
Kepada tamunya, suami RA Lastika ini memperlihatkan peti besar berisi ratusan keping emas lantakan, masing-masing beratnya 8 ons bergambar Soekarno dan di baliknya ada gambar padi dan kapas. Pada satu sisinya ada tulisan 80 24K 9999. Sementara itu emas putih (platinum) juga berbentuk lantakan berlogo tapal kuda putih bertulisan JM Mathey London. Logam itu dibungkus emas dan bersertifikat emas pula.
Meskipun bersertifikat dan diyakini keasliannya, pada kesempatan itu tidak dihadirkan orang yang mengetahui emas atau pakar yang bisa memastikan asli atau tidak harta benda tersebut.
Memberi Kuasa
Peninggalan lain berupa sertifikat deposito bertanggal 16 Agustus 1945 yang dikeluarkan oleh BPUPKI yang menyebut sejumlah harta yang disimpan di suatu tempat. Ada pula sertifikat berbahasa Inggris yang juga disegel dan ditulis di atas lembar kuningan. Sertifikat itu ada yang bertuliskan ''Hibah Substitusi'' yang dipercayakan kepada R Edi Tirwata Dinata (108).
Yang terakhir ini, konon karena sudah tua, lantas memberikan kuasa kepada R Anton Hartono untuk mengurus harta benda yang disimpan di Swiss. Bentuknya mikrofilm, dua lembar dokumen, anak kunci boks deposit di JBS, Jenewa, dan dua buah koin. Di dalam sertifikat itu disebutkan, ada dana berjumlah 126,2 miliar dolar AS dan 63,10 miliar dolar AS.
''Insya Allah, jika saya diberi izin, semua harta peninggalan Bung Karno ini bisa membayar utang kita. Saya yakin bisa melaksanakannya,'' ungkap Goroyo sembari membantah dirinya paranormal. Dia juga membantah berambisi menjadi presiden atau jabatan politis lain. ''Semua saya lakukan dan beberkan untuk membangun negara kita,'' tegasnya.
Saat mendekati rumahnya, di pintu gerbang perumahan dan di depan rumahnya terpampang spanduk putih bertulisan merah, ''Satrio Piningit Soenuso Goroyo Soekarno sang Juru Selamat Telah Hadir di Bumi Indonesia.''
Namun wartawan yang datang sejak pukul 11.00, baru diterima seusai shalat jumat. Goroyo mengenakan stelan jas putih, sepatu putih, mirip yang dikenakan Presiden Soekarno.
Di ruang tamunya juga dipajang foto dirinya bersama seorang jenderal. Ada pula yang memperlihatkan saat dirinya menjadi anggota Batalyon Arhanud SE 10/Kodam Jaya. Namun, dia enggan membeberkan latar belakang jati dirinya. ''Saya ini orang susah. Jadi tentara pangkatnya juga di sini (memegang lengannya). Jika saya pakai pakaian seperti ini, hanya model. Kebetulan saya suka,'' tuturnya.
Proses Pencarian
Goroyo mengemukakan, dia hanya ingin ada saksi dari aparat soal harta temuannya itu. Selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden Megawati dan diharapkan bisa melunasi utang luar negeri pemerintah. ''Saya tidak ingin imbalan apa pun termasuk jabatan. Saya hanya butuh pengakuan dan surat kuasa untuk meneruskan pencarian harta ini. Namun tampaknya Kapolda dan Kapolri berhalangan.''
Dia menceritakan proses pencarian harta tersebut. Diawali dari kebiasaannya bertirakat di berbagai tempat, lantas mendapatkan petunjuk. Petunjuk awal adalah sebuah tongkat wasiat yang diyakini tongkat komando milik Presiden Soekarno yang kemudian disimpannya hingga kini.
Selanjutnya, dengan tirakat pula, secara gaib harta benda itu bisa diangkat dari beberapa daerah di Bali, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan. ''Meskipun benda ini kini nyata, tapi awalnya adalah harta gaib. Jadi, mengambilnya juga dengan cara gaib. Saya tidak boleh memilikinya. Saya diperintahkan menyerahkan kepada negara untuk menyelamatkan bangsa,'' paparnya.
Ketika disinggung, kenapa justru membeberkan kepada wartawan, bukan langsung menyerahkan kepada pemerintah, Goroyo menyatakan dirinya sudah capai berhubungan dengan pejabat. Awalnya dia melapor kepada Presiden Megawati, tapi tidak digubris. Kemudian kepada mantan atasannya, Kol Art Harus Putri Osa, Dan Men Arhanud I Kodam Jaya, ke Mabes TNI, bahkan juga dilaporkan kepada anggota DPR Permadi SH.
Namun semua seperti tidak menghiraukannya. ''Karena itu, saya mengundang rekan-rekan wartawan untuk menyaksikan langsung,'' ujar Goroyo sembari menegaskan, sebagai satria piningit dirinya mengemban tugas menyelamatkan bangsa. Sebutan satria itu dia jelaskan, tidak ada kaitannya dengan ramalan yang pernah diucapkan Permadi bahwa negeri ini akan dipimpin satria piningit
Berburu Harta Karun Soekarno Hingga Ahmad Zaini
Yogyakart, Kasus penipuan harta karun peninggalan Presiden Soekarno baik dalambentuk emas lantakan, surat-surat berharga di Bank Swiss, di Batu Tulis Bogor hingga harta 17 triliun milik Ahmad Zaini sampai sekarang masih ramai dibicarakan. Orang yang menjadi korbanpun tidak hanya masyarakat tingkat bawah yang mengalami kesulitan ekonomi, tapi orang-orang kaya/pengusaha.
Mereka percaya harta karun peninggalan Soekarno yang berupa emas lantakan, perhiasan emas permata dan platina peninggalan zaman-zaman kerajaan di nusantara tersimpan di Bank of Switzerland atau di Union Bank of Switzerland. Sedang surat-surat deposito, surat colateral dikabarkan tersimpan di sana dan hanya orang-orang tertentu yang masuk jaringan kelompok/mafia itu yang bisa mencairkannya.
Embel-embel yang selalu didengungkan kepada calon sasaran, bila dana itu cair bisa untuk bayar hutang Indonesia dan menyantuni rayat miskin seluruh Indonesia. Untuk mendapatkannya bumbu-bumbu klenik dan mistik pun muncul. Selain itu orang yang ingin mendapat hibah itu juga harus mengeluarkan uang tidak sedikit jumlahnya.
Berdasarkan penulusuran detikcom, kasus-kasus seperti sudah mulai muncul sejak tahun 1998 hingga sekarang. Selain hibah harta karun Soekarno, yang masih ramai dicari adalah samurai-samurai peninggalan tentara Jepang di Indonesia yang bernilai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Konon samurai-samurai itu masih banyak disimpan oleh orang-orang tertentu baik
di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku yang pernah diduduki tentara
Jepang. Caranya memperolehnya juga secara gaib lewat puasa, sesajen dll. Bahkan di kawasan Pantai Jalasutra Kabupaten Blitar Jawa Timur dipercaya tempat pahlawan tentara PETA Supradi menyimpan samurai sebelum dibunuh tentara Jepang.
Untuk bisa bertransaksi dan mengetahui mana yang asli atau palsu, kelompok ini juga sudah menyebarkan berbagai brosur fotokopian. Lagi-lagi tebusan uang atau mahar disertai bumbu aroma klenik dan magis juga tersebar.
Cara-cara menggaet masyarakat untuk ikut pun bermacam-macam. Ada yang berkedok menggunakan nama sebuah yayasan. Adapula pula dengan cara perseorangan yang mendapat wasiat atau amanah dapat mencairkan dana. Aroma magis dan bumbu klenik seperti laku tapa dan prihatin juga selalu menyertai.
Orang yang sudah masuk anggota yayasan dan diberikan sertifikat serta membayar uang mulai ratusan ribu hingga puluhan jutaan rupiah. Setelah itu dijanjikan akan mendapat hibah atau warisan dari harta tersebut.
Tidak hanya itu, untuk menyakinkan orang, mereka juga menunjukkan fotokopian surat-surat berharga tersebut. Namun kalau ditanya mengapa hanya fotokopian. Jawabanya yang asli masih disimpan seseorang yang paling dipercaya dan alasan
keamanan. Surat-surat yang beredar itu biasanya Certificate of AO Metal Deposite, Certificate of Family Heritage dan Certificate of Gold Deposite berwarna kecoklatan seolah-olah asli dan benar-benar sudah lama tersimpan.
Di wilayah Jawa Tengah kasus pertama yang pernah mencuat di media massa adalah tahun 1998 di Solo. Pada tahun 2003 di Yogyakarta yang menjadi korban adalah seorang Sultan dari Kerajaan Zulu di Philipina. Sultan Maulana Jamilul Kiram III dan seorang warga Brunei yang sudah mengeluarkan uang puluhan juta sudah tertipu mentah-mentah kelompok Suparman asal Klaten. Dia dijanjikan akan mendapat warisan 10 ton emas lengkap dengan surat-suratnya. Namun semua itu palsu.
Sedang pada tahun 2005 warga ratusan Sleman, Kulonprogo, Purworejo dan Magelang yang digaet dengan cara masuk sebuah yayasan amal yang dijanjikan akan mendapat hibah harta karun Soekarno yang masih tersimpan di luar negeri.
Belum lagi cerita Asmo Suwito (80) warga Dusun Gergunung Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih. Kakek ini mengaku mendapat harta karun sebanyak 40 batang emas lantakan beserta surat-suratnya. Harta karun itu katanya didapatkan secara gaib. Emas itu di
Asmo mengaku mendapat emas batangan bergambar lambang Vereningde Oostindische Compagnie (VOC) dengan berbagai ukuran. Barang itu dilengkapi surat-surat tanda keabsahan dari Union Bank of Switzerland.
Emas batangan yang dimiliki Asmo itu sebagian besar berukuran sebesar bungkus rokok dengan berat sekitar 500 gram. Sebagian lagi berukuran lebih kecil sebesar korek api.
Namun ketika dibandingan dengan uang benggol dari tembaga zaman Hindia Belanda berbeda sekali. Uang zaman Belanda ada gambar mahkota lengkap dengan tulisan Vereenigde Oostindische Compagnie serta tahun pembuatan. Sedang emas milik Asmo bertuliskan VOC, ada lambang padi kapas, gambar Soekarno pakai peci dan
tulisan 999 yang menunjukkan kadar karat emas.
"Jelas palsu kalau emas peninggalan Soekarno ada gambar Bung Karno. Lambang mahkota dengan uang benggol VOC berbeda. Apa zaman VOC sudah mengenal lambang padi kapas," kata Hari Cahyono seorang kolektor uang kuno kepada detikcom.
Bisa jadi kasus harta 17 triliun milik warga Tasikmalaya, Ahmad Zaini itu hanya berupa surat-surat berharga yang seolah-olah asli dikeluarkan oleh Bank Swiss. Karena dia menganggap sebagai pemegang amanah atau kuasa, dia bisa mencairkan kemudian membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan lewat proposal yang masuk.
Tumpukan Harta Karun yang Tak Digubris
Tertarik oleh laporan salah satu jaringan televisi tentang mulai tampilnya Satrio Piningit yang diwarisi mandat mengurus harta karun di perut bumi Republik Indonesia, Duta Besar Kamboja Khem Bunning turun langsung ke lokasi, Kamis (5/6) siang.
Didampingi Jenderal (Purn) Poniman Soedharmo dan wakil pembeli emas dari luar negeri Machril, Bunning diterima Soenuso Goroyo Soekarnoputra — Sang Satrio Piningit — di kediamannya, Kompleks Cileungsi Hijau, Bogor, Jawa Barat.
Tanpa tedeng aling-aling lelaki setengah baya yang akrab dipanggil Pak Soenuso bercerita panjang lebar sambil mengeluarkan berbagai dukumen tentang posisinya sebagi Satrio Piningit dan sebagai pewaris harta karun.
Ia pun bercerita mengenai seluruh upayanya—yang sejauh ini dinilainya sama sekali tidak digubris—untuk menjadikan harta karun itu sebagai kekayaan pembebas seluruh rakyat dari beban utang luar negeri dan lilitan kemiskinan berkepanjangan.
Presiden RI pertama, Soekarno, tutur Soenuso, telah memberi mandat tertulis kepada Brigjen G. Soenario untuk mengurus harta karun berupa mata uang dolar AS, kepingan-kepingan emas, uang Brasil (UB) dan platinum. Kemudian sebelum kematiannya, Soenario membuat mandat tertulis pula kepada Soenuso Goroyo Soekarnoputra untuk menangani harta karun yang tersebar di seluruh Indonesia dan pada beberapa tempat di luar negeri itu.
Adapun Soenuso sendiri adalah putra kandung Bung Karno dari istri bernama Raden Rahayu Kenconowati (nama keraton) atau dengan nama kecilnya Raden Ajeng Bandoro Ayu Retno Melaningsih.
Dengan kaitan seperti ini pada Soekarno ditambah dengan ”ilham dari atas”, Soenuso mengaku sebagai Satrio Piningit (Satria yang disembunyikan selama ini) dan kini, oleh panggilan tugas bagi bangsa, harus tampil ke permukaan.
Panggilan tugas tersebut ialah dengan kekuatan Indonesia sendiri, membebaskan seluruh rakyat negeri ini dari kemiskinan dan ketergantungan luar negeri. Dengan kata lain, menjadikan Indonesia berdikari – berdiri di atas kakinya sendiri – salah satu slogan populer khas Bung Karno.
Hal ini, kata Soenuso, sama sekali tidak sulit dilakukan karena melalui jasa baik Bung Karno seluruh rakyat Indonesia memiliki harta karun berlimpah-limpah. Tinggal presiden bersedia menerima harta karun ini untuk dijual dan hasilnya digunakan bagi kepentingan seluruh rakyat.
Repotnya ialah, ternyata upaya panjang Soenuso untuk menyerahkan harta karun itu kepada Presiden RI sulit sekali. Dia mengaku sudah lima kali menulis surat kepada Megawati Soekarnoputri, entah selagi Wakil Presiden maupun sebagai Presiden sekarang ini. ”Tapi saya tidak pernah digubris,” kata Soenuso dengan nada kesal.
Surat Resmi
Gagal mendapatkan tanggapan dari Megawati, Soenusi yang Sersan TNI ini telah melaporkan harta karun tersebut ke berbagai pihak, antara lain kepada komandannya Kolonel Haris Patri Osa, ke MABES TNI, dan kepada anggota DPR Permadi SH.
Menurut Soenuso, seluruh upaya ini gagal karena tidak satu pihak pun memberi tanggapan. ”Saya heran, mereka cari ke mana-mana, termasuk ke luar negeri dan menggali di Batu Tulis, Bogor, tidak ketemu. Sedangkan saya yang jelas-jelas ada barangnya dan melapor kepada mereka (pemerintah) tidak digubris,” kata Soenuso.
”Kalau mereka mencari dan tidak menemukan, tentu ada sesuatu. Dan kalau saya bisa menemukan dan barangnya memang ada, tentu ada sesuatu pada saya,” tambahnya. Secara tersirat Soenuso menggambarkan bahwa ”sesuatu” tersebut terkait dengan posisinya sebagai Satrio Piningit. Dialah yang memegang mandat yang sebenarnya, dan melalui dia, dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, seluruh harta karun itu bisa ditemukan, diambil dan diproses untuk kepentingan seluruh rakyat.
Kendati terus heran dan kian kesal, Soenuso rupanya belum putus asa dan kembali melapor kepada Permadi untuk kelima kalinya. Permadi yang juga dikenal sebagai paranormal itu tampaknya baru mulai me-nanggapi Soenuso dua pekan lalu. Permadi berjanji akan mengantar Soenuso kepada Presiden Megawati. Janji itu kini terus ditunggu Soenuso, sementara Permadi disebutnya sedang berada di Aceh.
Menjawab pertanyaan, apa persisnya yang diharapkan dari Presiden Megawati, Soenuso mengatakan, ia mengharapkan sebuah surat resmi dari Presiden RI berisikan penunjukkan Soenuso untuk bertindak sebagai pengurus, pengambil dan pencair harta karun Republik Indonesia di dalam dan luar negeri dan kemudian diserahkan kepada negara untuk kepentingan seluruh rakyat.
Ditanya lagi, bagaimana kalau nanti Megawati tetap tidak menggubris harta karun itu, dengan nada tinggi Soenuso mengatakan ia akan mengadu ke DPR/MPR. Dalam suratnya untuk Permadi, Soenuso antara lain menulis: ”Berhubung Ibu Megawati Soekarnoputri Presiden Republik Indonesia sudah jelas-jelas terbukti tidak menanggapi, tidak menggubris laporan saya, mohon agar DPR/MPR sebagai lembaga tertinggi negara, sebagai wakil rakyat melalui ketuanya yaitu Bapak Amien Rais dan Bapak Akbar Tandjung berkenan mengambil langkah keputusan yang tegas.”
Langkah tegas yang diharapkan Soenuso itu pada intinya, demikian dikatakan dalam surat untuk Permadi tersebut: ”Amien Rais dan Akbar Tandjung atas nama Bangsa dan Negara Republik Indonesia menunjuk saya Soenuso Goroyo Soekarno Satrio Piningit untuk mengurusi, mengambil dan mencairkan harta benda Bung Karno baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk kepentingan bangsa dan negara Republik Indonesia. Dan DPR/MPR membuat tim kecil, tim khusus untuk mendampingi saya.”
Perlu Dites
Penasaran oleh cerita panjang Soenuso, Dubes Khen Bunning minta izin untuk melihat contoh harta karun itu. Maka Soenuso minta istrinya mengambil sampel, dan sang istri kemudian membawa ke ruang tamu dua keping emas. Pada satu sisi kepingan emas itu tampak cetakan timbul setengah badan Bung Karno dengan kepala berpeci. Pada setiap keping tertulis: 8 O 24 k 9999.
Sambil menimang-nimang kepingan emas itu Sang Duta Besar bertanya, mengapa tidak langsung dijual saja. Menurut Soenuso, ia harus menunggu surat penunjukkan dari Presiden, dan ia sangat berharap, melalui jasa baik Permadi, ia akan mendapatkan surat tersebut dari Megawati.
Menurut Dubes Khen Bunning, tentu banyak sekali orang yang berminat membeli kepingan-kepingan emas itu asal saja diizinkan untuk diteliti keasliannya. Ia sendiri, kalau diizinkan, ingin membawa sampel emas itu untuk dites di laboratorium. Khen Bunning tidak menyembunyikan keheranannya mengapa Soenuso tidak segera ditanggapi untuk segera diketahui seluruh keaslian dan kebenarannya.
Sementara itu Machril, yang mewakili sejumlah pembeli emas dari luar negeri, menyatakan keinginannya untuk segera tahu nasib harta karun tersebut. Seperti Khen Bunning, Machril mengatakan harta karun tersebut, terutama emas akan dibeli semuanya oleh pihak luar negeri asal saja dites keaslian dan kebenarannya dan dibenarkan oleh aturan main Indonesia.
Berbagai Sumber
0 comments:
Posting Komentar